Selasa, 24 September 2013

PRAKTIK PEMBINAAN AKSEPTOR KB (Norplant, tubektomi, vasektomi)

BAB I
PENDAHULUAN

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Konsepsi (pembuahan, fertilisasi) adalah terjadinya pertemuan antara sel telur (ovum) isteri dengan sel mani (spermatozoa) suami pada saluran telur.
Kontrasepsi atau antikonsepsi adalah mencegah terjadinya konsepsi dengan memakai cara, alat atau obat-obatan. Pengaturan kelahiran (birth control) adalah penggunaan alat-alat atau cara-cara dengan maksud mengatur jumlah dan jarak waktu kelahiran. Keluarga berencana adalah suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.
Secara umum, kontrasepsi dibagi dua menurut cara pelaksanaannya :
a.Cara temporer (spacing): yaitu menjarangkan kelahiran selama beberapa tahun sebelum menjadi hamil lagi.
b.Cara permanen (kontap): yaitu mengakhiri kesuburan dengan cara mencegah kehamilan secara permanen; pada wanita disebut sterilisasi dan pada pria disebut vasektomi. Sampai saat ini belum ada suatu cara kontrasepsi yang 100% ideal.
Ciri-ciri suatu kontrasepsi yang ideal meliputi daya guna, aman, murah, estetik, mudah didapat, tidak memerlukan motivasi terus menerus dan efek samping minimal.
Syarat-syarat kontrasepsi :
1.      Aman pemakaiannya dan dipercaya.
2.      Efek samping yang merugikan tidak ada
3.      Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan
4.      Tidak mengganggu hubungan persetubuhan
5.      Tidak memerlukan bantuan medik atau control yang ketat selama pemakaiannya
6.      Cara penggunaannya sederhana
7.      Harganya murah supaya dpt dijangkau masyrakat
8.      Dapat diterima oleh pasangan suami istri
Kontrasepsi yang ideal dan memenuhi syarat diatas belum ada. Yang ada kontrasepsi yg memenuhi sebagian syarat atau hampir memenuhi syarat. Yang penting sebenarnya adalah memakai salah satu cara kontrasepsi jauh lebih baik dari tidak memakai kontrasepsi sama sekali.
Pembagian Cara-cara Kontrasepsi
Menurut jenis kelamin
1.      Cara atau alat yang dipakai oleh suami (pria).
2.      Cara atau alat yang dipakai oleh isteri (wanita).
Menurut pelayanannya
1.      Cara medis dan non medis
2.      Cara klinis dan non klinis
Menurut efek kerjanya
1.      Tanpa mempengaruhi fertilitas
2.      Menyebabkan infertilitas temporer (sementara)
3.      Kontrasepsi permanen dimana infertilitas menetap.
Menurut cara kerja/ cara kontrasepsi
1.      Menurut keadaan biologis : sanggama terputus, metod kalender, suhu badan, abstinensia dan lain-lain.
2.      Memakai alat barier (kondoml, diafragma, kap porsio, spermisida)
3.      Kontrasepsi intrauterin : IUD
4.      Hormonal (pil KB, suntikan KB, dan AKBK)
5.      Operatif : tubektomi dan vasektomi.
Pembagian yang umum dan banyak dipakai adalah sebagai berikut :
1)      Metoda merakyat (Folk methods) :
    • Coitus interuptus
    • Postcoital douche
    • Prolonged lactation
2)      Metoda tradisional (traditional methods) :
    • Pantang berkala
    • Kondom
    • Diafragma vaginal
    • Spermisida
3)      Metoda modern
    • Pil KB
    • Suntik KB
    • AKBK atau norplant
    • IUD
4)      Metoda permanen operatif
    • Tubektomi
    • Vasektomi


BAB II
PEMBAHASAN

A. Implant
Pengertian
Susuk KB adalah suatu  alat kontrasepsi bawah kuit yang mengandung levonorgestrel yang dibungkus dalam kapsul silastik silicon ( polydimethyl siloxane ) yang berisi hormon golongan progesteron yang dimasukkan dibawah kulit lengan kiri atas bagian dalam yang berfungsi untuk mencegah kehamilan selama 5 tahun.
.
Jenis – jenis implant
1.      Norplant
Tediri dari  6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama kerja 5 tahun..
2.      Implanon
Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira – kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3- keto- desogestrel dan lama kerja 3 tahun.
3.      Jodena dan indoplant
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mm levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.

Mekanisme kerja
1. Lendir servik menjadi lebih kental.
2. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi.
3. Menghalangi terjadinya ovulasi
4. mengurangi transportasi sperma.

Efektivitas
Sangat efektif ( 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan )
Indikasi
1. Usia reproduksi
2. Punya anak atau belum
3. Postpartum atau menyusui
4. Pasca keguguran
5. Tidak ingin punya anak lagi tapi tolak steril
6. Tekanan Darah  < 180/110 mmHg
7. Kontra indikasi terhadap kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen
8. Sering lupa mengunakan pil

Kontra indikasi
1.      Hamil atau diduga hamil
2.      Perdarahan pervaginam yang belumlum jelas peyebabnya
3.      Riwayat kangker payudara
4.      DM ( diabetes mellitus )
5.      Penderita peyakit hati
6.      Kelainan jiwa ( psikis, neurosis )
7.      Varikosis
8.      Riwayat KET
9.      Kelainan kardiovaskuler

G.    Teknik pemasangan susuk KB
·           Rekayasa tempat pemasangan dengan tepet seperti kipas terbuka.
·          Tempat pemasangan dilengan kiri atas, dipatirasa dengan lidokain 2%. 
·         Dibuat insisi kecil, sehingga trokar dapat masuk. 
·         Trokar ditusukkan subkutan batasnya. 
·         Kapsul dimasukkan kedalam trokar dan di dorong dengan alat pendorong sampai terasa tertahan. 
·         Untuk menempatkan kapsul, trokar di tarik keluar. 
·         Untuk menyakinkan bahwa kapsul telah ditempatkannya, alat pendorong dimasukkan sampai terasa tidak ada tahanan. 
·         Setelah semua kapsul dipasang, bekas insisi ditutup dengan tensoplast (band aid ).

Keuntungan
1.      Reversibilitas tinggi
2.      Evektivitas sangat tinggi
3.      Perlindungan jangka panjang ( sampai 5 tahun )
4.      Mudah dalam pemakaian
5.      Tidak menganggu kegiatan senggama
6.      Tidak mengganggu pengeluaran ASI
7.      Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan

Kerugian atau efek samping
1).    Gangguan pola haid
2).    Perubahan libido dan Berat Badan
3).    Nyeri kepala, pusing, pening
4).    Nyeri mamae
5).    Perasaan mual
6).    Anoreksia
7).    Tidak dapat menghentikan pemakaian sendiri
8).    Efektifitas turun jika menggunakan obat – obatan tuberkolosis dan epilepsi
9).    Tidak bisa melindungi dari IMS

K.    Yang Boleh Menggunakan Implant
·     Usia reproduks
·      Telah memiliki anak ataupun yang belum.
·     Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan menghendakpencegahan kehamilan jangka panjang.
·     Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
·     Pasca persalinan dan tidak menyusui.
·     Pasca keguguran.
·     Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak strerilisasu.
·     Riwayat kehamilan ektopik.
·     Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau anemia bulan sabit ( sicle cell ).
·     Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen.
·          Sering lupa menggunakan pil.
L.     Yang Tidak Boleh Menggunakan Implan
·         Hamil atau di duga hamil.
·         Perdarahan pervaginan yang belum jelas penyebabnya.
·         Benjolan/ kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
·         Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
·         Miom uterus dan kanker payudara.
·         Gangguan toleransi glukosa

M.   Intruksi untuk klien
·         Daerah insersi harus tetap dibiarkan kering dan bersih selama 48jam pertama.hal ini bertujuan untuk mencegah infeksi pada luka insisi
·         Perlu dijelaskan bahwa mungkin terjadi sedikit rasa perih, pembengkakan, atau lebam pada daerah insisi. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan.
·         Pekerjaan rutin harian tetap dikerjakan. Namun hindari benturan, gesekan, atau penekanan pada daerah insisi.
·         Balutan penekan jangan dibuka selama 48 jam, sedangkanplester dipertahankan hingga luka sembuh (biasanya 5 hari).
·         Setelah luka sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan dicuci dengan tekanan yang wajar.
·         Bila ditemukan adanya tanda-tanda infeksi seperti demam, peradangan atau bila rasa sakitmenetap selama beberapa hari, segera kembali ke klinik.

N.    Informasi Lain yang Perlu Disampaikan
·         Efek kontrasepsi timbulbeberapa jam setelah insersi dan berlangsung 5 tahun bagi Norplantdan 3 tahun bagi susuk Implanon, dan akan berakhir sesaat setelah pengangkatan.
·         Sering ditemukan gangguan haid,terutama pada 6 sampai 12 bulanpertama. Beberapa perempua mungkin akan mengalami berhetinya haid sama sekali.
·          Obat-obat tuberculosis ataupun obat epilepsy dapat menurunkan efektifitas implant.
·         Efek samping yang berhubungan dengan implant dapat berupa sakit kepala, penambahan berat badan dan nyeri payudara. Efek-efek samping ini tidak berbahaya dan biasanya akan hilang dengan sendirinya.
·         Norplant dicabut seteleh 5 tahun pemakaian dan susuk implanon dicabut setelah 3 tahun, dan bila dikehendaki dapat dicabut lebih awal.
·         Bila Norplant dicabut sebelum 5 tahun dan susuk Implanon sebelum 3 tahun kemungkinan hamil sangat besar, dan meningkatkan resiko kehamilan ektopik.
·         Berikan kepada klien kartu yang ditulis nama, tanggal insersi, tempat insersi, dan nama klinik.
·         Implant tidak melindungi klien dari infeksi menular seksual, termasuk AIDS. Bila pasangan memiliki resiko, perlu menggunakan kondom untuk melakukan hubungan seksual.

O.    Jadwal Kunjungan Kembali Ke Klinik
Klien tidak perlu kembali ke klinik, kecuali ada masalah kesehatan atau klien ingin mencabut implan. Klien dianjurkan ke klinik tempat implan dipasang bila ditemukan hal-hal sebagai berikut: 
·         Amenorea yang disertai nyeri perut bagian bawah.
·         Perdarahan yang banyak dari kemaluan.
·         Rasa nyeri pada lengan.
·         Luka bekas insisi mengeluarkan darah atau nanah.
·         Ekspulsi dari batang implant.
·          Sakit kepala hebat atau penglihatan menjadi kabur
·         Nyeri dada hebat.
·          Dugaan adanya kehamilan.

P.      Efek Samping

Efek Samping / Masalah
Penanganan
  • Amenorea
  • pastikan hamil atau tidak, dan bila tidak hamil, tidak memerlukan penanganan khusus, cukup konseling saja.
  • Bila  klien tetap saja tidak dapat menerima, angkat implant dan anjurkan menggunakan kontrasepsi lain.
  • Bila terjadi kehamilan dank lien ingin melanjutkan kehamilan, cabut implant dan jelaskan, Bahwa progestin tidak berbahaya bagi janin.Bila diduga terjadi kehamilan ektopik klien dirujuk.Tidak ada gunanya memberikan obat hormone untuk memancing timbulnya perdarahan.
  • Pastikan hamil atau tidak, bila tidak hamil, perlu tindakan khusus.Cukup konseling saja. Bila amenorea berlanjut atau hal tersebut membuat klien khawatir, rujuk ke klinik. Bila hamil, hentikan pil, dan kehamilan dilanjutkan. Jelaskan kepada klien bahwa minipil sangat kecil menimbulkan kelainan pada janin. Bila diduga kehamilan ektopik klien perlu dirujuk jangan memberikan obat-obat hormonal untuk menimbulkan haid. Kalaupun diberikantidak akan ada gunanya.
  • Perdarahan tidak teratur (spotting)
  • Bila tidak menimbulkan masalah kesehatan/tidak hamil, tidak perlu tindakan khusus. Bila klien tetap saja tidak dapat menerima kejadtan tersebut, perlu dicari metode kontrasepsi lain.
  • Perdarahan bercak (spoting ) ringan
  • Jelaskan pertama bahwa perdarahan ringan sering ditemukan terutama pada tahun pertama. Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan apapun. Bila klien tetap saja mengeluh masalah perdarahan dan ingin melanjutkan pemakaian implant dapat diberikan pil kombinasi satu siklus atau ibuprofen 3x800 mg selama 5 hari. Terangkan kepada klien bahwa akan terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa., berikan 2 tablet pil kombinasi 3-7 hari dan kemudian dilanjutkan dengan satu siklus pil kombinasi, atau dapat juga diberikan 50 mg etinilestradiol, atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari.
  • Ekspulsi
  • Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain masih di tempat dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi daerah insersi. Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada tempatnya pasang kapsul baru 1 buah pada tempat insersi yang berbeda . Bila ada infeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul yang baru pada lengan yang lain atau anjurkan klien untuk menggunakan kontrasepsi lain.
  • Infeksi pada daerah insersi
  • Bila terdapat infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan sabun dan air, atau antiseptic. Berikan antibiotic yang sesuai untuk 7 hari. Implan jangan dilepas dan klien diminta kembali satu minggu.  Apabila tidak membaik, cabut implan dan pasang yang baru pada sisi lengan yang lain atau metode kontrasepsi yang lain. Apabila ditemukan abses, bersihkan dengan antiseptic, insisi dan alirkan pus keluar, cabut impalan, lakukan perawatan luka dan berikan antibiotic oral 7 hari.
Rumor-rumornya di masyarakat
     Dalam islam KB implant atau susuk itu haram.
     Implan atau susuk itu menyatu dengan daging sehingga susah dicabut.

     Periksa ulang pemasangan implan

Jadwal kunjungan
Klien tidak perlu kembali ke klinik, kecuali ada masalah kesehatan atau klien ingin mencabut implant


B.  Tubektomi

Tubektomi merupakan suatu tindakan memotong atau menutup salura tuba
falopi sehingga memutuskan jalur pertemuan ovum dan sperma.
Indikasi:
Pada awal perkembangannya tubektomi atau biasanya dikenal dengan sterilisasi dilakukan terutama atas indikasi medik, seperti kelainan jiwa, kemungkinan kehamilan yang dapat membahayakan jiwa ibu, atau penyakit
keturunan. Namun seiring dengan terjadinya peledakan jumlah penduduk dunia, konsep tersebut telah berubah, dan sekarang kontap merupakan salah satu upaya pembatasan jumlah anak.
Waktu pelaksanaan tubektomi:
Masa interval : selesai haid
Pasca persalinan : sebaiknya sebelum 24 jam dan selambat-lambatnya 48 jam pasca persalinan. Jika lewat dari 48 jam maka tindakan tubektomi akan dipersulit oleh udem tuba, infeksi sehingga dapat mengakibatkan kegagalan sterilisasi.. jika dilakukan 7-10 hari pasca persalinan maka uterus dan alat-alat genital lainnya telah mengecil dan operasi menjadi lebih sulit dilakukan mudah berdarah dan infeksi..
Pasca keguguran (post abortum) : sesudah terjadi abortus dapat langsung dilakukan sterilisasi.
Waktu operasi membuka perut: setiap operasi yang dilakukan dengan membuka perut perlu dipikirkan apakah sudah ada indikasi untuk sterilisasi.
Cara sterilisasi saluran telur.
a. Dengan memotong saluran telur (tubektomi)
1. Cara Pomeroy
     Teknik :
- Cari tuba lalu diangkat pada pertengahannya sampai membentuk lengkungan,                dasarnya diklem.
- Bagian di bawah klem diikat dengan benang dari bahan yang bisa diserap oleh darah crhomic cut gut no. 0 atau no.1
- Lakukan pemotongan (tubektomi) bagian atas ikatan.
- Setelah luka sembuh dan benang ikatan diserap, kedua ujung potongan akan berpisah satu dan lainnya.
Teknik sterilisasi menurut Pomeroy ini disukai dan banyak dilakukan dibanding teknik yang lain. Angka kegagalannya adalah 0-0,4%.
2. Cara Kroener
    Teknik :
- Cari tuba lalu angkat pada fimbrie dengan klem
- Buat dua ikatan dengan benang sutera, satu pada bagian avaskular mesosalping dibawah fimbriae dengan dua kali lilitan, sebuah lagi pada bagian proksimal dari ikatan pertama.
- Lakukan fimbriektomi pada ujung yang tidak diikat.
Teknik ini kegagalannya sangat kecil bahkan tidak akan terjadi kegagalan namun kurang disukai karena bisa mengakibatkan perdarahan fungsional karena adanya gangguan inervasi dan sirkulasi indung telur.
3. Cara Irving
     Teknik :
- Tuba diikat pada dua tempat dengan benang yang dapat diserap cat gut crhomic no. 0 atau 00, lalu dilakukan tubektomi diantara kedua ikatan.
- Dibuat insisi kecil kedalam miometrium di sudut tuba fundus uteri.
- Ujung proksimal dibenamkan ke dalam insisi miometrium tadi.
- Ujung bagian distal bisa juga dibenamkan ke ligamentum latum.
Teknik Irving ini hanya bisa dilakukan pada laparatomi besar seperti seksio sesarea.
4. Cara Uchida
Teknik:
- Tuba dicari dan dikait keluar, pada sekitar ampula tuba disuntikkan larutan saline-adrenalin subserosa sebagai vasokonstriksi dan menyebabkan mesosalping gembung.
- Lakukan insisi kecil di daerah ini, bebaskan serosa sepanjang 4-6 cm sampai tuba terlihat kemudian klem
- Tuba diikat kemudian dipotong
- Luka pada serosa dijahit sedemikian rupa pada ujung tuba yang menonjol ke arah rongga perut.
Teknik ini angka kegagalannya kecil. Sterilisasi dilakukan dalam masa pasca persalinan 24-48 jam pasca persalinan dengan keuntungan teknik sederhana dan luka jahit kecil.

b. Cara menjepit saluran telur
1. Pemasangan cincin falope ( yoon ring ) terbuat dari silikon.
Teknik:
Bagian ismus tuba ditarik dan cincin dipasang pada bagian tuba tersebut. Sesudah terpasang lipatan tuba tampak keputih-putihan oleh karena tidak mendapat suplai darah dan akan menjadi fibrotik. Pemasangan cicin falope dapat dilakukan pada laparatomi mini, laparoskopi, atau dengan laprokator.
2. Pemasangan klip.
Teknik :
Klip yang digunakan klip yang memberikan kerusakan minimal pada tuba sehingga memungkinkan dilakukan rekanalisasi. klip Filshie mempunyai keuntungan dapat digunakan pada tuba yang udem.
5. Cara elektro koagulasi dan pemutusan saluran telur
Banyak digunakan pada tubektomi laparoskopik.
Teknik : dengan memasukkan grasping forceps melalui laparoskop.
- Tuba dijepit Kira-kira 2 cm dari kornu
- Kemudian angkat tuba menjauhi uterus dan alat-alat panggul lainnya, lakukan kauterisasi.
- Tuba terbakar >1cm ke proksimal dan distal. Mesosalping terbakar sejauh 2cm. Saat kauterisasi tuba terlihat putih, menggembung lalu putus.

Sterilisasi Endoskopi
Endoskop merupakan alat untuk melihat bagian dalam tubuh dengan sumber cahaya optik seperti senter. Endoskop yang dimasukkan ke dalam rogga perut melalui insisi kecil disebut Laparoskopi, yang dimasukkan melalui forniks posterior disebut kuldoskopi, yang dimasukkan ke dalam rongga rahim disebut histeroskopi, yang dimasukkan ke dalam vagina (kolpos) disebut kolposkopi,yang dimasukkan ke dalam kandung kemih disebut sistoskopi. Sterilisasi pada wanita memakai alat endoskop disebut sterilisasi endoskopi, terdiri atas:
1. Sterilisasi Kuldoskopi
Teknik:
- Vagina dibersihkan denga larutan antiseptik betadin
- Buka denga spekulum sehingga lapangan operasi terbuka, lakukan sayatan kecil pada forniks posterior atau dipungsi
- Masukkan alat kuldoskopi dan lihat rongga pelvis.
- Setelah tuba diidentifikasi, masukkan cunam penangkap ( grasping forcep), melalui luka sayatan untuk meneluarkan tuba,
- Kemudian tuba diikat, dipotong atau ditutup sesuai cara sterilisasi tuba.
- Kembalikan tuba pada tempatya,lakukan pada tuba ke dua.
Kontraindikasi mutlak kuldoskopi:
- peradangan dalam rongga panggul
- Peradangan liang sanggama
- Kavum dauglasi tidak bebas
- Kelainan adneksa patologik
- Penyakit kardiovaskuler berat
Kontraindikasi relatif:
- Obesitas berlebihan
- Bekas laparotomi
2. Sterilisasi Laparoskopi
Laparoskopi adalah cara visualisasi rongga perut dan panggul melalui insisi kecil pada perut setelah dibuat pneumoperitonium.
Teknik laparoskopi:
- Akseptor dibaringkan dalam posisi tredelenburg agar usus terdorong keatas, rongga panggul bebas,
- Lakukan insisi melintang di lipat bawah pusat kira-kira 1 cm.
- Buat pneumo peritoneum dengan emasukkan gas 1-3 liter.
- Masukkan trokar secara hati-hati sampai menembus fasia dan peritoneum, kemudian trokar dilepas, pasang laparoskop.
- Dengan menggerakkan manipulator uterus dari bawah da eksplorasi akan
3. Sterilisasi mini laparotomi
Prinsip operasi : suatu cara operasi kecil untuk mencapai saluaran telur melalui sayatan mini 1-2 cm di dinding perut. Saat operasi minilap: pasca persalinan, pasca keguguran dan masa interval.
Lokasi sayatan:
- Dibawah lipatan pusat atau di atas lipatan pusat pada pasca persalinan dinii.
- Diliea alba pada postpartum dalam 24-48 jam sedang rahim mulai agak mengecil.
- Suprapubik pada masa interval dan pasca keguguran.
Teknik mini laparotomi
1. Calon aseptor yang sudah dipuasakan 6-8 jam sebelum tindakan diminta
berbaring. Lakukan antisepsis lapangan operasi sekitar pusat. Tutup dengan kain steril berlobang ditengahnya.
2. Anestesi umum dengan anestesi lokal dengan lidokain.
3. Dengan posisi operator di kiri calon akseptor dan asisten di kanan, buat insisi kecil sepanjang 2cm setinggi fundus. Kulit disayat melintang sampai terlihat fasia. Fasia dijepit dengan 2 klem arteri, disayat melintang sampai hampir menembus peritonium. Tembus sekaligus dengan gunting bengkok. Lalu lebarkan lubangnya dengan jari telunjuk dan sebuah tang tampon.
4. Jika fundus di bawah pusat pada pada hari 3-5 post partus, lakukan insisi mediana setinggi fundus uteri sepanjang 1-2 cm. Tembus kulit perut dengan pisau, potong lemak dengan gunting mayo sampai fasia otot rektus abdominis. Lanjut dengan menyayat otot dan peritoneum, jepit peritoneum lalu potong denga pisau pasang retraktor abdomen.
5. Tampilkan tuba dengan menarik retraktor ke arah tuba yang akan dicapai dengan mendorog uterus da tuba dengan jari lewat lubang sayatan. Jepit tuba tarik perlahan keluar lubang.
6. Jepit 1/3 bagian proksimal tuba dengan klem Babcock, angkat sampai melipat. Ikat dasar lipatan dengan catgut no. 0 atau Dexon no. 0 masing-masing pada lumen kiri dan kanan. Potog bagian di atas ikatan. Kembalikan kedalam rongga perut.
7. Tutup peritoneum dengan jahitan jelujur cat gut no.00 dan kulit denga 1-2 jahitan sutera atau cutgut no.00 subkutis.
Komplikasi minilap:
a. perforasi rahim
b. ruptur vesika urinaria
c. trauma usus
d. infeksi lokal pada luka operasi.
e. Robekan pada mesosalping.



C. Vasektomi
Vasektomi adalah tindakan memotong dan menutup saluran sperma (vasdeferens) yang menyalurkan sperma keluar dari testis.
Vasektomi telah dikenal sejak lama. Pada abad 19 para ahli bedah telah melakukan vasektomi untuk tujuan pengobatan, seperti mencegah infeksi dari kelenjar prostat atau hipertrofi kelenjar prostat. Di Indonesia vasektomi sebagai salah satu pilihan jenis kontrasepsi masih belum begitu digalakkan . Hal ini disebabkan masih adanya anggapan vasektomi sama dengan dikebiri.
Indikasi:
1. untuk tujuan kontrasepsi yang bersifat permanen
2. untuk tujuan pengobatan supaya mencegah terjadinya epididitimis
Teknik Vasektomi
Penutupan vas deferens dapat dilakukan dengan beberapa cara:
- diikat (ligasi)
- dipotong(vasektomi)
- pakai cincin
- pakai badan
Prosedur tindakan vasektomi:
1. Rambut kemaluan dicukur dan dibersihkan
2. Desinfeksi kulit skrotum dan daerah operasi.
3. Daerah operasi yang sudah suci hama ditutupdengan kain steril berlobang ditengahnya.
4. Palpasi dan cari vas deferens pada kantong skrotum, lalu fiksir dengan jari.
5. Beri anestesi local pada daerah operasi.
6. Lakukan sayatan kira-kira 1-2 cm
7. Bebaskan jaringan sekitarnya, tangkap vas deferens tersebut.
8. Tarik kira-kira sampai pada batas yang akan dipotong.
9. Lakukan vasektomi: pemotongan sekitar 1-2 cm vas deferens, lalu dijahit.
10. Luka operasi dijahit.
11. Berikan nasehat perawatan luka, jangan kena air selama kira-kira 1 minggu.
12. Berikan obat anti sakit dan antibiotik.

Post vasektomi pria tidak langsung menjadi steril, karena di dalam saluran proksimal vasdeferens dan dalam vesikula seminalis masih terdapat ratusan juta sperma. Karena itu sebelum pulang pasien diberikan 15 buah kondom, yang harus dipakai saat koitus. Pria baru dikatakan steril biasanya setelah 10-15 kali ejakulasi, yang dapat dibuktikan dengan pemeriksaan analisa semen.
Komplikasi
a. Komplikasi pasca bedah: – perdarahan, hematoma, rasa nyeri, rasa pegal dan infeksi
b. Komplikasi jangka panjang: spermatic granuloma, kemungkinan rekanalisasi.
Kegagalan vasektomi dapat terjadi akibat:
- Rekanalisasi spontan
- Salah pemotongan
- Jika terdapat duplikasi vas deferens.
- Akseptor bersenggama sebelum benar-benar steril.
Keuntungan Vasektomi:
- Teknik operasi kecil dan sederhana, bisa dilakukan setiap saat.
- Komplikasi yang ditemukan tidak terlalu berat.
- Efektifitas hampir 100%
- Biaya murah terjangkau masyarakat
- Bisa dilakukan operasi rekanalisasi
Kekurangan Vasektomi:
- cara ini tidak langsung efektif tapi memerlukan waktu sampai sperma menjadi negatif dalam analisa semen.
- Walaupun pada prinsipnya dapat disambung kembali namun masih banyak diperlukan tenaga terlatih untuk tindakan tersebut.


Bab III
Penutup
Kontrasepsi atau antikonsepsi adalah mencegah terjadinya konsepsi dengan memakai cara, alat atau obat-obatan. Pengaturan kelahiran (birth control) adalah penggunaan alat-alat atau cara-cara dengan maksud mengatur jumlah dan jarak waktu kelahiran. Keluarga berencana adalah suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Beberapa diantaranya adalah norplant,tubektomi,dan vasektomi.
Norplant merupakan alat kontrasepsi jangka panjang yang bisa digunakan untuk jangka waktu 5 tahun. Norplant dipasang di bawah kulit, di atas daging pada lengan atas wanita. Alat tersebut terdiri dari enam kapsul lentur seukuran korek api yang terbuat dari bahan karet silastik. Tubektomi merupakan suatu tindakan memotong atau menutup salura tuba
falopi sehingga memutuskan jalur pertemuan ovum dan sperma. Vasektomi adalah tindakan memotong dan menutup saluran sperma (vasdeferens) yang menyalurkan sperma keluar dari testis.


DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar