Selasa, 24 September 2013

KONSELING PADA MENOPOUSE

BAB I
PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang
Kadang-kadang apa yang kita inginkan orang lain tahu maksud kita, tetapi pada kenyataannya tidak semua atau orang yang kita harapkan mengerti. Contohnya: seorang ibu hamil 5 bulan dan kehamilannya merupakan yang pertama, ia mencoba meminta sesuatu dengan mengatakan pada suaminya “saya mau mangga”. Dibayangan sang ibu adalah suaminya akan membelikan mangga muda dan ia akan memakan dengan nikmatnya.
Sang ibu berpikir bahwa suaminya akan mengerti dengan mangga yang diinginkannya dan tidak perlu diberitahu mangga yang bagaimana yang harus dibeli sang suami. Kemudian sang suami membelikan mangga dan menyerahkannya. Ibu marah karena suaminya tidak membelikan mangga yang diinginkannya dan mengatakan suami tidak perhatian. Kemudian Suami berpikir apakah saya salah membelikan mangga ya!!  Melihat kejadian di atas, bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita sering mempersepsikan apa yang kita inginkan pasti orang lain juga sama persepsinya.Begitu juga jika kita berhadapan dengan pasien maka yang perlu kita tanyakan apakah yang dimaksud pasien sama dengan yang kita pikirkan. Karena persepsi yang salah dapat menyebabkan seseorang menjadi tegang, tidak suka, tidak nyaman dan tidak puas. Untuk itu perlunya kita memahami persepsi agar orang menjadi senang, bahagia dan puas. Dengan demikian, maka menjadi keharusan adanya media yang menjebatani hal tersebut, yaitu komunikasi. Dalam dunia kebidanan dikenal dengan Komunikasi dan Konseling Kebidanan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pemahaman para ibu terhadap menopause?
2. Apa saja permasalahan psikologis yang dialami oleh ibu-ibu yang mengalami menopause?
3. Bagaimana hasil konseling Individual dalam meningkatkan kepercayaan ibu-ibu yang mengalami menopause?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pemahaman para ibu-ibu terhadap menopause.
2 Untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan konseling individual terhadap ibu-ibu yang sudah menopause
.

BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Komunikasi dan Konseling
Komunikasi sebagai kata benda (noun), communnication, berarti : (1) pertukaran simbol, pesan-pesan yang sama dan informasi; (2) proses pertukaran antara individu melalui sistem simbol-simbol yang sama; (3) seni untuk mengekspresikan gagasan; dan (4) ilmu pengetahuan tentang pengiriman informasi (Stuart, 1983). 
Beberapa pengertian komunikasi menurut beberapa pakar :
1.      William Albig : komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang berarti antara individu. (Communication is the prosses of transmitting meoninfull symbols between individuals – buku public opinion).
2.      Wilbur Schram : dalam uraiannya “How Communication Work” mengatakan komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu kata communio atau common. Bilamana kita mengadakan komunikasi itu berarti membagikan informasi …. agar si penerima maupun si pengirim sepaham atas suatu pesan tertentu. (communication comes from latin, communio = common when we communication are the sender tuned together for a particular message). Jadi esensi komunikan adalah menemukan dan memadukan si penerima dan si pengirim.
3.      Onong Uchyana Effendy : dalam bukunya komunikasi : teori dan praktik mengatakan, komunikasi hakekatnya adalah proses penyimpanan pikiran atau perasaan oleh komunikator kepada komunikan.
4.      Bennard Berelson dan Gary A. Steinner (1964:527) mendefinisikan komunikasi : ”communication: the transmission of information, ideas, emotions, skills, etc. by the uses of symbol…” (komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi).
Dari beberapa pengertian diatas ada dua nilai : (1) informasi, berupa lambang, gambaran –> jadi stimulans; (2) persuasy, proses pemindahan, hendak mencapai satu sasaran sedangkan : pesan atau message adalah wujud dan proses pengoperannya. 

Secara ontologis kebenaran yang hakiki, komunikasi adalah perhubungan atau proses pemindahan dan pengoperan arti, nilai, pesan melalui media atau lambang-lambang apakah itu bahasa lisan, tulisan ataupun isyarat.
Secara aksiologis, komunikasi adalah proses pemindahan pesan dari komunikator kepada komunikan.
Komunikator (stimulus) —— memberikan rangsangan kepada komunikan.
- Sikap, ide, pemahaman, suatu pesan dapat dimengerti baik komunikator dan komunikan. Secara epictomologis, komunikasi bertujuan merubah tingkah laku, merubah pola pikir, atau sikap orang lain. Untuk dapat membangun kebersamaan : mencapai ide yang sama demi satu tujuan yang sama.
Paradigma Lasswell (Haroid D. Laswell) Untuk memahami komunikasi dengan menjawab pertanyaan :
Who says what in which channel yo whom with what effect ?
  Siapa (mengatakan? komunikator, pengirim atau sumber)
  Apa message : pesan, ide, gagasan)
  Dengan saluran mana? (media channel dan sarana)
  Kepada siapa (komunikan, penerima, alamat)
  Dengan hasil/dampak apa? (effect hasil komunikasi)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Komunikasi adalah : seni penyampaian informasi (peran, message, ide,sikap atau gagasan) dari komunikator untuk merubah serta permohonan yang dikehendaki komunikator. Jadi proses penyampaian informasi berdaya guna bagi komunikator maupun komunikan.
Konseling merupakan proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut. (Saefudin, Abdul Bari : 2002).

Proses pemberian bantuan seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien.

Proses melalui satu orang membantu orang lain dengan komunikasi, dalam kondisi saling pengertian bertujuan untuk membangun hubungan, orang yang mendapat konseling dapat mengekspresikan pikiran& perasaannya dengan cara tertentu sesuai dengan situasi, melalui pengalaman baru, mamandang kesulitan objektif sehingga dapat menghadapi masalah dengan tidak terlalu cemas dan tegang.( SCA.C STEERING COOMUTE, 1996).

Jadi konseling kebidanan adalah bantuan kepada orang lain dalam bentuk wawancara yang menuntut adanya komunikasi, interaksi yang mendalam dan usaha bersama antara konselor (bidan) dengan konseli (klien) untuk mencapai tujuan konseling yang dapat berupa pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan ataupun perubahan tingkah laku/ sikap dalam ruang lingkup pelayanan kebidanan”.
B. Komunikasi pada wanita menopause
1. Pengertian Menopause

Menopause adalah berhentinya menstruasi, perubahan dan keluhan psikologis dan fisik makin menonjol, berlangsung sekitar 3-4 tahun pada usia antara 56-60 tahun (Manuaba, 1999:190). Menopause adalah waktu dari kehidupan seorang wanita saat masa haidnya berakhir. Menopause adalah saat terjadinya haid terakhir pada seorang wanita, dimana sekurang-kurangnya telah satu tahun tidak mendapat haid (Suparto,2000:45).

2. Fase-fase menopause

Menurut Hartono (2001:96) fase-fase menopause dibagi empat, yaitu 1 Fase Permulaan (pramenopause) Fase ini sering kali bermula ketika seorang wanita pada usia awal 50-an dan berlangsung selama empat atau lima tahun. 2 Fase Kedua (perimenopause) Fase ini ditandai dengan ketidakteraturan siklus menstruasi dan juga didapati perubahan beberapa fungsi. 3 Fase Ketiga (menopause) Fase ini ditandai dengan berhentinya haid wanita atau wanita mendapatkan haid yang terakhir yang dikendalikan kerja indung telur normal. 4 Fase Keempat (pasca menopause) Masa tidak haid wanita selama 12 bulan setelah menopause.
3. Penyebab dan proses terjadinya menopause

Penyebab menopause adalah “matinya” (burning out) ovarium. Sepanjang kehidupan seksual seorang wanita kira-kira 400 folikel primordial tumbuh menjadi folikel vesikuler dan berovulasi, sementara beratus-ratus dari ribuan ovum bergenerasi. Pada usia 45 tahun hanya tinggal beberapa folikel primordial yang akan dirangsang oleh Folikel Stimulating Hormon (FSH) dan Luteinizing Hormon (LH) dan produksi estrogen dari ovarium berkurang sewaktu jumlah folikel primordial mencapai nol. Ketika produk estrogen turun dibawah nilai kritis, estrogen tidak lagi menghambat produksi akut FSH dan LH, juga tidak dapat menahan lonjakan LH dan FSH ovulasi untuk menimbulkan siklus ovulasi. Sebaiknya FSH dan LH (terutama FSH) di produksi dalam jumlah dibawah nilai kritis untuk jangka waktu yang singkat sesudah menopause tetapi setelah beberapa tahun ketika folikel primordial yang tersisa menjadi atretik, produksi oleh ovarium turun menjadi hampir nol.
Proses menopause terjadi penurunan fungsi indung telur yang mengakibatkan hormon estrogen dan progesteron berkurang dalam tubuh wanita. Kekurangan hormon estrogen ini menyebabkan keluhan-keluhan yang disebut sebagai sindrom defisiensi estrogen (sindrom menopause).
4. Keluhan-keluhan menjelang masa menjelang masa menopause

Menurut Nurdin (2005) bahwa keluhan masa menopause meliputi: 1 Keluhan vasomotorik (penyempitan/pelebaran pembuluh darah) a. Gejala panas (Hot Flushes)
Yaitu timbulnya rasa panas dimuka, leher, dahi, atau kadang-kadang menjalar ke seluruh tubuh, biasanya terjadi pada malam hari. Timbul beberapa saat kira-kira 15 detik-1 menit. b. Vertigo (pusing hebat) Sakit kepala timbul karena terjadi penimbunan air didalam tubuh seperti ketika haid akibatnya ada cairan yang tertahan di otak. c. Keringat banyak pada malam hari d. Rasa edinginan e. Cemas f. Mudah tersinggung g. Libido menurun 2 Keluhan Atrofi Urogenital Perubahan pada epitel vagina terjadi karena perubahan penurunan kadar estrogen.
Gangguan tersebut menyebabkan vagina kering, iritasi, timbulnya keputihan diikuti infeksi, dispareunia dan perdarahan pasca senggama. Keluhan psikiatrik dan neurotic Merasa tertekan, lelah psikis, lelah somatik, susah tidur, merasa ketakutan, konflik keluarga.

5.Perubahan-perubahan tubuh/fisik menjelang masa menopause
Disamping perubahan fisik, menopause juga menimbulkan perubahan secara psikologis. Hal ini terjadi karena produksi hormon estrogen di indung telur tiba-tiba berhenti. Biasanya hal ini ditandai dengan terjadinya rasa panas dalam tubuh (hot flushes), perasaan mudah cemas dan mudah berkeringat. Dalam masa ini wanita menopause sering mengalami depresi (menopausal depression) yang ditandai dengan the emptyness syndrom. Sindrom ini muncul dalam bentuk perilaku yang seringkali berada di luar kontrol dan susah dimengerti oleh lawan interaksinya. Secara psikis sindrom ini terjadi karena wanita kehilangan peran reproduksinya disamping dipengaruhi oleh terjadinya berbagai perubahan yang menimbulkan keluhan-keluhan fisik dan psikologis, seperti terjadi sakit pada punggung dan kepala, badan panas, keringat malam, pikiran kacau, vagina mengering dan menciut dan kulit mulai mengeriput. Keadaan-keadaan tersebut secara psikologis sangat menekan meskipun ada juga wanita yang tidak merasakan apa-apa atau tidak ada keluhan-keluhan fisik saat datangnya menopause.
Bagi seorang wanita, menopause itu sendiri berarti datangnya masa tua. Menopause yang dikenal sebagai masa berakhirnya menstruasi atau haid, sering dianggap momok dalam kehidupan wanita. Masa ini umumnya terjadi pada usia 50-an tahun. Masa ini mengingatkan wanita terhadap proses menjadi tua yang disebabkan oleh organ reproduksinya yang tidak berfungsi lagi. Pada masa menopause ini sel telur tidak diproduksi lagi oleh indung telur yang menyebabkan wanita tidak subur lagi, sehingga tidak dapat hamil. Menopause terjadi dalam masa klimakterium, sebuah masa dimana terjadi peralihan dari fase reproduktif ke fase non-reproduktif. Datangnya menopause sendiri sangat individual (variatif) sifatnya, mamun umumnya berkisar pada umur 48-55 tahun.
Bahwa perubahan tubuh/fisik menjelang menopause meliputi : 1 Perubahan-perubahan organ reproduksi yaitu: Uterus, Uterus mengecil karena atrofi endometrium serta hilangnya cairan dan perubahan bentuk jaringan antar sel. Tuba FallopiiLipatan-lipatan tuba menjadi pendek, menipis, mengkerut dan endosalping menipis dan mendatar serta silia menghilang.
Ovarium Ovarium menciut, terjadi penurunan fungsi ovarium untuk menghasilkan hormon estrogen dan progesteron, berhenti menghasilkan sel. Servik (leher rahim) Mengerut Vagina Terjadi penipisan dinding vagina, kurang elastis, serret/lender vagina mulai menghilang. Vulva Jaringan vulva menipis karena berkurangnya jaringan lemak, kulit menipis. Pembuluh darah berkurang, sering terjadi dispareunia karena mengkerutnya introitus vulva. 2 Perubahan tubuh karena kurang hormon estrogen a. Dasar panggul Kekuatan dan elastisitasnya menghilang sehingga alat kelamin bagian dalam menurun. (Prolapsus uteri). b. Anus Tonus sfingter melemah dan menghilang sering terjadi inkontinensia alvi. c. Vesika urinaria Sfingter melemah dan menghilang d. Kelenjar payudara
Puting susu mengecil, kurang erektil, mamae kendor dan mendatar.3 Perubahan pada elektro genetal a. Adipositas Penyebaran lemak di tungkai, pinggul, perut bagian bawah dan lengan atas. b. Hipertensi Banyak terjadi pada usia 45-70 tahun. c. Hiperkolesterolemi Merupakan faktor utama penyebab arteriosklerosis. d. Arteriosklerosis Yaitu pengapuran dinding pembuluh darah. e. Osteoporosis Proses pematangan sel tulang terhambat, kadar mineral tulang rendah sehingga tulang mudah patah. F. Faktor-faktor yang mempengaruhi gejala menopause Menurut Hartono (2001:101) terdapat empat faktor yang mempengaruhi gejala pada menopause yaitu:
1 Faktor psikis Perubahan-perubahan psikologis maupun fisik ini berhubungan dengan kadar estrogen, gejala yang menonjol adalah berkurangnya tenaga dan berkurangnya gairah, berkurangnya konsentrasi, kecemasan serta timbulnya perubahan emosi.
2 Faktor sosial ekonomi
Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan dan pendidikan. Apabila sosial ekonomi baik akan mengurangi beban fisiologis dan psikologis.
3 Faktor budaya dan lingkungan
Pengaruh budaya dan lingkungan sudah dibuktikan sangat mempengaruhi wanita untuk dapat atau tidak dapat menyesuaikan diri dengan fase klimaterium atau menopause.
4 Faktor lain
Wanita yang belum menikah, wanita karir baik yang sudah maupun yang belum berumah tangga akan mempengaruhi keluhan-keluhan yang ringan.

6. Pelaksanaan komunikasi pada wanita menopause dan klimakterium
Pelaksanaan komunikasi pada wanita menopause dan klimakterium ini adalah
(a) pemberian penjelasan tentang pengertian, tanda menopause;
(b) deteksi dini terhadap gangguan yang terjadi pada masa ini;
(c) pemberian informasi tentang pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi;
(d) membantu klien dalam pengambilan keputusan;
(e) pemakaian alat bantu dalam emberian KIE;
(f) melakukan komunikasi dengan pendekatan biologis, psikologis dan sosial budaya.

Prinsip komunikasi pada masa menopause adalah:
(1) fungsi kognitif terdiri dari:
a.       kemampuan belajar (learning),
b.      kemampuan pemahaman (comprehension),
c.       kinerja (performance),
d.       pemecahan masalah (problem solving),
e.       daya ingat (memory),
f.       motivasi,
g.      pengambilan keputusan,
h.      kebijaksanaan.
(2) fungsi afektif, fenomena kejiwaan yang dihayati secara subyektif sebagai sesuatu yang menimbulkan kesenangan atau kesedihan.
(3) fungsi konatif (psikomotor), fungsi psikis yang melaksanakan tindakan dari apa yang diolah melalui proses berpikir dan perasaan ataupun keduanya.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Komunikasi adalah seni penyampaian informasi (peran, message, ide,sikap atau gagasan) dari komunikator untuk merubah serta permohonan yang dikehendaki komunikator. Jadi proses penyampaian informasi berdaya guna bagi komunikator maupun komunikan.
2.      konseling kebidanan adalah bantuan kepada orang lain dalam bentuk wawancara yang menuntut adanya komunikasi, interaksi yang mendalam dan usaha bersama antara konselor (bidan) dengan konseli (klien) untuk mencapai tujuan konseling yang dapat berupa pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan ataupun perubahan tingkah laku/ sikap dalam ruang lingkup pelayanan kebidanan”.
3. Pelaksanaan komunikasi pada wanita menopause dan klimakterium ini adalah
(a) pemberian penjelasan tentang pengertian, tanda menopause;
(b) deteksi dini terhadap gangguan yang terjadi pada masa ini;
(c) pemberian informasi tentang pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi;
(d) membantu klien dalam pengambilan keputusan;
(e) pemakaian alat bantu dalam emberian KIE;
(f) melakukan komunikasi dengan pendekatan biologis, psikologis dan sosial budaya.
B.     Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
a. Kepada para suami diharapkan dapat memberikan perhatian yang besar terhadap gajala-gejala menopause yang akan dihadapi seorang istri, karena perhatian yang diberikan itu merupakan penghargaan yang tinggi bagi seorang istri. Disamping itu akan menciptakan kepercayaan diri seorang istri.
b. Kepada para para istri diharapkan berusaha terus meningkatkan pemahaman dan selalu bertanya mengenai permasalahan secara psikologis khususnya yang berhubungan dengan menopause.

Daftar Pustaka


Saraswati. 2002.Komunikasi Efektif. Penulis Modul: Jakarta.

Suparyanti, R. 2008. Handout Komunikasi Pada Bayi dan Anak.

 .2008. Handout Komunikasi Terapeutik.

Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik Teori Dan Praktik. Jakarta : EGC.

Tyastuti, dkk., 2008, Komunikasi & Konseling Dalam Praktik Kebidanan, Yogyakarta: Fitramaya.

Uripni, L. 2003. Komunikasi Kebidanan. Jakarta : EGC.

Vardiyansah, 2004, Pengantar Ilmu Komunikasi, Bogor: Ghalia Indonesia.

Wiryanto, DR., 2006, Pengantar Ilmu Komunikasi, Cetakan Ketiga, Jakarta: PT Grasindo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar